Suaratangerang.id, Tangerang – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang bersama National Geographic (NatGeo) Indonesia mengunjungi kawasan Ketapang Aquaculture, Kecamatan Mauk pada Selasa (13/9) siang. Hal ini dalam rangka meninjau serta melihat keberhasilan rehabilitasi di lokasi tersebut.
Adapun, Desa Ketapang dengan program konservasi mangrove ini akan menjadi salah satu fokus dalam acara Forum Summit Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA), Network of Local Governments (PNLG) pada 25-29 Oktober 2022.
“Ini akan jadi pilot project yang masa depannya akan dibangun untuk di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang. Kenapa Ketapang, karena paling terbelakang. Makanya kita prioritaskan di Ketapang,” ungkapnya saat menyambut Tim NatGeo di Kantor Pemkab Tangerang.
Kunjungan ini dipimpin oleh Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, Jainudin dan pejabat setempat lainnya. Tim National Geographic Indonesia pun turut melihat keberhasilan restorasi penambakan udang serta ikan dan penanaman biji kopi mangrove di Desa Ketapang.
Untuk diketahui sebelumnya, wilayah ini sama sekali tidak bisa dilakukan penambakan karena kualitas air yang rendah. Namun, setelah dilakukan restorasi sejak 2017, kualitas air menjadi lebih meningkat.
Selain itu, rumah di desa nelayan ini juga dilakukan penataan. “Bonus fasilitas, ada air minum, sanitasi. Ini juga ada pipa gas. Tidak ada tukang air gerobak lagi, karena punya air bersih sendiri. MCK juga sudah baik,” ungkap Jainudin.
Ia mengatakan bahwa kawasan pesisir ini mengalami penurunan kualitas ekosistem yang cepat, khususnya abrasi. Maka dari itu, pihak Pemkab Tangerang melakukan penanaman sebanyak 720.000 stem mangrove dengan 16 spesies.
“Ini daerah abrasi, makanya kita tanam. Ini kita coba bangun kawasan sini dulu. Kalau bulan November-Desember itu rob biasanya dari laut. Dengan adanya ini (mangrove) menyusut,” tambahnya.
Pimpinan Redaksi NatGeo Indonesia, Mahandis Yoanata Thamrin menyampaikan pendapatnya terkait fokus konservasi mangrove ini yang sangat bagus dalam menjaga ekosistem yang ada di daerah pesisir.
“Abrasi buat orang berpikir untuk survive untuk manusia dan juga alam. Kalau manusia selamat itu cuma tanggul, tapi itu merubah ekosistem,” tuturnya.
Camat Mauk Arif Rahman Hakim menambahkan, dengan pembenahan desa nelayan ini menambah mata pencaharian baru untuk warga, baik dari sisi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) maupun sektor jasa pariwisata. Sebab, sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai nelayan
“7 bulan melaut, 5 bulan terkendala cuaca. Dengan ini bisa tercover, ada pelelangan ikan. Ada tempat foodcourt pusat seafood, ada ikan pindang kuro, udang, cumi, bandeng dan kerang hijau,” ucapnya.
Pihaknya juga melakukan pemberdayaan kepada masyarakat sekitar untuk mengelola UMKM. “Ada edukasi komunikasi penting kita jelaskan. Pembinaan dari ibu-ibu PKK. Kita siapkan sarana olahraga futsal kecil, volley, RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak,” tandas Arif.