Suaratangerang.id, Jakarta – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang akan menggelar summit meeting bertaraf internasional pada ajang Partnership in Environmental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA). Acara tersebut akan digelar pada 25-28 Oktober mendatang.
Selain mengundang media-media nasional untuk hadir dan meliput langsung acara tersebut, Bupati Zaki juga mengungkap keberhasilannya dalam rehabilitasi Kawasan Desa Nelayan Ketapang. Dimulai dari kawasan kumuh yang kini menjelma jadi kawasan andalan.
Salah satunya, Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar melakukan media visit ke Kumparan pada Rabu (31/8) sore. Kunjungan itu disambut oleh pimpinan dan awak redaksi, salah satunya adalah VP of Content Synchronization Kumparan Ikhwanul Khabibi.
“Kedatangan kami untuk undangan verbal, Kabupaten Tangerang akan ada event PEMSEA ini adalah kemitraan, intinya partnership dari management of seas dengan negara Asia Timur,” ungkapnya di Kantor Kumparan, Jakarta, Rabu (31/8).
Dia menuturkan, pada 2022 ini Pemkab Tangerang menjadi host untuk PEMSEA, pihaknya akan fokus pada keberhasilan rehabilitasi kawasan Desa Nelayan Ketapang.
“Kemudian karena kita menjadi host, kita punya fokus untuk kunjungan ketika ada forum meeting, kunjungan ini ada di Desa Nelayan Ketapang,” tuturnya.
Sebelumnya, daerah Desa Nelayan Ketapang merupakan kawasan tertinggal. Dalam lima tahun terakhir kawasan tersebut disulap menjadi daerah berbeda.
“Sebelum ada rehab, sungainya sudah sangat dangkal dan sempit kemudian jauh. Dari mana-mana hampir terisolir. Kita tata bertahap dari 2015, mangrove kita tanam,” jelas dia.
Di lokasi itu juga dibuat tempat pelelangan ikan, dan perumahan nelayan. Konsep ini berbeda dengan anggota PEMSEA yang lain.
“Di antara anggota PEMSEA, yang tadinya kawasan nelayan dibongkar jadi kota pelabuhan. Kampung nelayan dibuat pelabuhan terbesar, tapi mereka menghilangkan jati diri kampung nelayan. Kalau kita tidak, kita tata. Kita rapikan rumahnya, dari tidak beraturan menajdi beraturan,” ungkap Bupati Tangerang.
Hal lain yang berbeda adalah Desa Ketapang memiliki konservasi mangrove yang sudah ditanam sejak 2014 dan kini sudah tertanam 7.200 mangrove. Kawasan ini pun juga menjadi tempat wisata lokal.
Dijelaskan bahwa pesisir utara Kabupaten Tangerang itu banyak udang ketika tahun 1980-1990-an. Namun hal itu berubah karena air sungai tercemar. Karena air sungai tercemar, air laut tercemar, kualitas air di pesisir Tangerang menjadi buruk.
“Udang tidak bisa, tambak yang ada berlaih ke ikan bandeng. 2010 itu masih besar-besar tambaknya, makin ke sini ikan bandeng aja stunting karena kualitas air. Sedimentasi tinggi dari hulu, limbah, polusi air dan sampah,” tutur Bupati Tangerang.
Ketika dilakukan rehabilitisasi dengan penanaman mangrove, kualitas pesisir ini meningkat drastis. Dinas perikanan pun mulai menanam ikan bandeng hingga udang vaname.
“Ini membuat kita menjadi ikon di penyelenggaranaan PEMSEA, tempat lain tidak ada, mereka bangun basis infrastruktur ekonomi tapi tidak memperhatikan lingkungan. Kita komplit, ada infrastruktur rumah yang tertata, kita kasih pipa PDAM, kemudian ada koperasi, kita bangun UMKM, dan juga ada blue ecoonomy seperti pasar ikan pelelangan ikan,” tandasnya. (Aza)