Sp4n Lapor Sp4n Lapor
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
Minggu, 29 Januari 2023
Suara Tangerang
Advertisement
  • Home
  • Pemerintahan
  • Pembangunan
  • Ekonomi
  • Kesos
  • Olahraga
  • Wisata
  • Multimedia
    • Photo
    • Videografis
    • Podcast
  • PEMSEA
No Result
View All Result
  • Home
  • Pemerintahan
  • Pembangunan
  • Ekonomi
  • Kesos
  • Olahraga
  • Wisata
  • Multimedia
    • Photo
    • Videografis
    • Podcast
  • PEMSEA
No Result
View All Result
Suara Tangerang
No Result
View All Result
Home Headline

Tari Cukin, Perpaduan 4 Budaya Khas Kabupaten Tangerang

Senin, 10 Jan 2022 13:36
Tari Cukin. Foto: Diskominfo Kabupaten Tangerang

Tari Cukin. Foto: Diskominfo Kabupaten Tangerang

Bagikan di FacebookBagikan di Twitter

Tangerang – Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan beragam suku dan budaya. Banyak sekali kesenian tradisional yang menjadi kearifan lokal dan menjadi ciri khas negeri ini.

Namun, antusiasme masyarakat terhadap pentas seni tradisional terus tergerus. Bahkan jauh ketinggalan dibandingkan dengan kesenian moderen, yang pada dasarnya berasal dari budaya luar. Melihat kondisi dan nasib kesenian tradisional di Indonesia, kita tahu bahwa harus ada perhatian lebih dari pemerintah dan kesadaran dari masyarakat untuk melestarikan budaya tersebut. Terlebih generasi millenial saat ini tidak begitu mengenal tentang budaya atau tradisi kuno di Indonesia.

BACA JUGA

Hadiri Festival Cikande, Wabup H. Mad Romli Harap Agar Digelar Juga di Kabupaten Tangerang

RSUD Balaraja Gelar Pelatihan Budaya Keselamatan Pasien

Di Kabupaten Tangerang, terdapat satu jenis seni tradisional berupa seni tari, yaitu Tari Cukin. Tarian ini merupakan hasil kreasi masyarakat yang digubah dan dikembangkan dari Tari Selendang Betawi dengan memadukan unsur-unsur dari 4 etnis seni budaya tradisional Jawa, Sunda, Cina, dan Betawi. Keempat unsur budaya ini sebagai wujud adanya 4 etnis di wilayah Kabupaten Tangerang.

Tari Cukin berawal dari keprihatinan sejumlah pihak di wilayah Kabupaten Tangerang yang merasa tidak memiliki identitas lokal. Permasalahan ini kemudian diangkat dalam kegiatan workshop pengembangan kreasi seni daerah Kabupaten Tangerang yang diadakan pada tanggal 1 Agustus 2006. Sejumlah praktisi seni Kabupaten Tangerang kemudian menggagas penggalian identitas lokal di wilayah mereka dengan melibatkan seniman-seniman dari Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Bandung. Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang kemudian memberikan tantangan kepada Nani Mulyani dan seniman-seniman lainnya untuk menciptakan tarian yang dapat merepresentasikan Kabupaten Tangerang yang multietnik. Dinas Kebudayaan Kabupaten Tangerang kemudian memfasilitasi seniman se-Kabupaten Tangerang yang dikomandoi Nani Mulyani

Gerakan-gerakan tari dan iringan musiknya harus mampu merepresentasikan ke-empat etnis besar di Kabupaten Tangerang yang terdiri dari Jawa, Sunda, Tionghoa, dan Betawi. Setelah melalui pergulatan pemikiran yang panjang akhirnya tidak lama kemudian lahir tari Cukin, dan disahkan oleh Bupati Tangerang Ismet Iskandar pada tanggal 17 Agustus 2006. Perjalanan tari Cukin masih butuh waktu untuk bisa ditetapkan menjadi tarian tradisional karena syaratnya usia tarian harus ± 20 tahun, sementara ini tari Cukin baru menjadi tari khas Kabupaten Tangerang saja..

Istilah Cukin sendiri berasal dari bahasa asli masyarakat Tangerang, yaitu selendang yang biasa dipakai oleh para penari dan juga dipakai untuk menggendong anak. Singkatnya, Cukin adalah istilah dari bahasa Betawi Cina yang berarti selendang tari. Cukin juga digunakan oleh para penari wanita dalam tari-tari pergaulan, seperti Cokek, Joget, Ronggeng, dan Tandak.

Tari Cukin merupakan drama tari bertema pergaulan. Tari ini mengisahkan lima orang “nong” (gadis) yang sedang bersenda gurau dan bergembira menikmati malam yang indah. Kegembiraan diluapkan dalam bentuk gerak tari yang sangat indah sehingga seorang laki-laki (kang) tergerak untuk ikut serta di dalamnya. Di akhir kisah, para nong meninggalkan kang yang sedang terhanyut dengan tarian dan alunan musik. Saat tersadar, penari laki-laki kemudian mengejar lalu menarik selendang salah satu nong hingga terjadi tarik-menarik yang mengakibatkan penari laki-laki terjatuh.

Tari dibuka dengan alunan musik khas Tionghoa yang dilanjut dengan gambang kromong untuk mengiringi lagu khas Betawi “hujan gerimis”. Ritme tarian menjadi sedikit lebih cepat ketika lagu khas Sunda “tokecang” berganti mengiringinya.

Adegan yang mengakhiri tarian tidak selalu sama, yaitu cara para nong meninggalkan kang dan penyebab jatuhnya kang. Pada awalnya tari Cukin ditarikan oleh lima penari perempuan dan satu lelaki, tetapi seiring perkembangan serta permintaan, tari Cukin bisa juga dilakukan tunggal atau bersama-sama hingga seratus penari.

Selain itu, Musik pengiring tari Cukin ini juga memadukan tetabuhan, gamelan, dan musik gesek. Terdiri dari bonang, te khian, rebab, angklung gubrag, kendang, gong, kecrek, rebana marawis, dan terompet.

Pada tahun 2008 yang lalu, dalam bentuk sosialisasi tarian ini diperkenalkan kepada 17 kecamatan di Kabupaten Tangerang. Tidak hanya di Kabupaten saja, tari cukin juga sudah sampai mancanegara. Seperti negara Malasyia, Thailand, Beijing, dan Australia. Bahkan mahasiswi dari Australia pun juga mempelajari kebudayaan asal Kabupaten Tangerang ini.

Sampai saat ini, Pemerintah Kabupaten Tangerang menjadikan Tari Cukin sebagai tari penyambutan tamu, dan sering ditampilkan di acara-acara resmi pemerintahan maupun acara lainnya.

Ayo kita lestarikan budaya asli Indonesia khususnya Tari Cukin. Mengingat budaya adalah cerminan bangsa, mari kita pertahankan!

(Diskominfo Kab.Tangerang/IQ/nA)

Tags: BudayaTari Cukin

BERITA TERKAIT

Kadis DPKP Asep Jatnika Terpilih Jadi Ketua DPD Perhiptani Kabupaten Tangerang
Headline

Kadis DPKP Asep Jatnika Terpilih Jadi Ketua DPD Perhiptani Kabupaten Tangerang

27/01/2023
Disnaker Bahas Draf Finalisasi Perjanjian Kerja Sama Dengan PT Kukuh Madiri Lestari
Ekonomi

Disnaker Bahas Draf Finalisasi Perjanjian Kerja Sama Dengan PT Kukuh Madiri Lestari

27/01/2023
Pemkab Tangerang Siap Gencarkan Vaksinasi Booster Tahap Dua
Headline

Pemkab Tangerang Siap Gencarkan Vaksinasi Booster Tahap Dua

27/01/2023
Pemerintah Kecamatan Kosambi Bentuk Forsamik agar UMKM Naik Kelas
Headline

Pemerintah Kecamatan Kosambi Bentuk Forsamik agar UMKM Naik Kelas

26/01/2023
Bagikan Protein Hewani, Dinkes Ajak Masyarakat Cegah Stunting
Headline

Bagikan Protein Hewani, Dinkes Ajak Masyarakat Cegah Stunting

25/01/2023
Disnaker Tinjau Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta untuk Penyediaan Tenaga Kerja
Ekonomi

Disnaker Tinjau Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta untuk Penyediaan Tenaga Kerja

25/01/2023

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKUTI KAMI

INSTAGRAM

"Bermimpi lah besar dan berani gagal," - Anonim ( "Bermimpi lah besar dan berani gagal,"
- Anonim  (*dn/*om)  #KataPagi #MimpiBesar #AnonimQuotes #AkhirPekanCeria

LIPUTAN MEDIA

Bupati Tangerang Ahmed Zaki Ungkap Kesiapan Gelar PEMSEA 2022

Bupati Tangerang Ahmed Zaki Ungkap Kesiapan Gelar PEMSEA 2022

14/09/2022
Sekda Sebut Kabupaten Tangerang Akan Jadi Model Sanitasi Se-Indonesia

Dinas PU Makassar: CSS Sangat Penting untuk Wujudkan Sanitasi Aman

08/09/2022

TWITTER

BERITA POPULER

10 Akhlak Mulia Dalam Al Quran

10 Akhlak Mulia Dalam Al Quran

04/02/2022
Bagikan Protein Hewani, Dinkes Ajak Masyarakat Cegah Stunting

Bagikan Protein Hewani, Dinkes Ajak Masyarakat Cegah Stunting

25/01/2023
Kecamatan Jambe Gelar Tasyakuran Hari Jadi Ke-22

Kecamatan Jambe Gelar Tasyakuran Hari Jadi Ke-22

24/01/2023
Disnaker Tinjau Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta untuk Penyediaan Tenaga Kerja

Disnaker Tinjau Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta untuk Penyediaan Tenaga Kerja

25/01/2023
Suara Tangerang

© 2022 Suara Tangerang. Created by MediatrustPR

  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi

Ikuti Kami

No Result
View All Result
  • Home
  • Pemerintahan
  • Pembangunan
  • Ekonomi
  • Kesos
  • Olahraga
  • Wisata
  • Multimedia
    • Photo
    • Videografis
    • Podcast
  • PEMSEA